Namun itu semua berlangsung kurang-lebih 6 bulan hingga akhirnya kami berpisah jauh dan tidak pernah kontak lagi hingga akhirnya kami punya pasangan masing-masing. Padahal cukup banyak yang Dia mau lakukan seperti mengenalkanku pada orangtuanya, mengajak aku pergi bersama orangtuanya, namun itu semua belum terjadi hingga perpisahanan kami. Setelah itu aku sering bertemu dia dengan pasangannya pergi ke Gereja bareng dan bertemu di kampus. Tapi semua itu berlalu begitu saja hingga akhirnya periode Facebook muncul. Akhirnya kami bertemu lagi dan sempat saling memberikan pesan untuk bertukar pin BB dan no hp. Hanya sebatas itu, selanjutnya tidak ada yang memulai menghubungi satu sama lainnya.
Tahun 2009 aku mulai memasuki dunia S2 Profesi dan beberapa kali aku masih berpapasan dengan dia di Kampus. Akhirnya kami sempat berkomunikasi melalui BBM, dia menanyakan apa kegiatanku di Kampus. Aku ceritain kalau aku sedang ambil S2 Profesi. Akhirnya komunikasi kami hanya sepotong-sepotong dan beberapa kali menggunakan media twitter untuk saling me-tweet. Pada tahun 2011 aku tahu kalau di tugas ke Jawa tengah dari twitternya, sering posting tugas PTT di kota kecil, Gombong.. Okey itu memang kota kecil. Tapi aku udah pernah dengar kota tersebut sebelumnya karena Kakak kelas di Kost ku ada yang berasal dari Gombong, tidak terlalu kaget tentunya. J
Saat aku transit satu malam di Biak, aku mendapat hotel yang cukup mewah dan kemudian aku mendapatkan koneksi baik untuk wifi dan signal handphone. Aku kirimkan salah satu hasil jepretan ku di pada saat di suatu pulau di Papua. Dari situlah intensitas kami terus berlanjut.. Hingga akhirnya banyak pesan-pesan manis yang masuk ke BBM ku hampir tiap hari. Perhatian dan semangat yang terus dia berikan kepadaku akhirnya membawanya mengungkapkan apa yang dia masih rasakan sama aku. Tentunya bukan hal yang sulit seperti mengenal satu sama lain dari awal. Karena awalnya kami memang sudah pernah kenal. Ada perubahan dari dirinya, dia lebih sering bercanda dan tertawa, tidak seperti dulu yang masih kaku dan dingin. Tata bahasanya berubah dan tampak lebih bijak dalam berbicara, aku rasa karena beban profesi yang ia pegang juga, sehingga menuntutnya berubah menjadi lebih baik dari dulu.
Waktu terus bergulir walaupun bisa dikatakan pendekatan kami ini sangat amat singkat hingga aku jadian dengan dia. Hingga pada bulan Juli 2013, dia memutuskan diri untuk pulang ke Jakarta untuk bertemu dengan aku dan memastikan perasaannya padaku. Walaupun dia sudah pernah bilang di telpon bahwa sekali dia memutuskan diri untuk bersama dengan orang yang ia pilih berarti sudah seterusnya dia akan serius, tapi untuk aku, bukan hal mudah saat kami hanya terus menerus berkomunikasi lewat telpon apalagi kalau memulai suatu hubungan tidak melihat mukanya langsung.. Tentunya tidak ada di kamus kehidupanku.. hahaha.. Finally, setelah 2x dia mengutarakan perasaaanya kepadaku di bulan Mei dan Juni, dan masih terus aku pending jawabannya karena aku ingin langsung bertemu dengan dia terlebih dahulu. Karena awalnya aku takut kami masih dibayangi oleh pelarian dari mantan kami masing-masing. Dan tanggal 25 Juli 2013 kami akhirnya berkomitmen dengan meneguhkan hubungan kami lebih serius. Tentunya sekarang lebih serius dan fokus pada masa depan kami nantinya.
Akhirnya merasakan pacaran ala LDR.. Jakarta-Gombong. Tentunya sama seperti hubungan pacaran dengan yang lain, ada berantem, ada mesra, ada nangis-nangis kangen. Tapi itulah suatu bumbu pacaran. Banyak hal yang kita lalui bersama.. dari masalah menghadapi sikap dan sifat buruk dan baik masing-masing, beradaptasi dengan pola beban profesi yang dianut. Tentunya profesi Dia lebih berat dari aku. Walaupun sama-sama bisa dituntut hukum tapi mungkin aku masih belum 100% terjun pada profesiku untuk bekerja mandiri. Dari situ akhirnya tercetus lah Medical - Psychological Philosophy by Us, 2013 : “if a doctor need a life safer, there will be a psychologist beside him for safe his life and if a psychologist need a self healer there will be a doctor will heal her...”
Kami jalani hari-hari kami dengan komunikasi melalui smartphone, webcam atau apapun yang tetap menjaga komunikasi kami berdua. Pada bulan Oktober 2013, aku mengadakan kunjungan ke Gombong untuk melihat situasi Gombong dan sekaligus jalan-jalan. Ini pertama kalinya aku naik kereta sendirian dari Jakarta melalui Jalur Selatan, pemandangan ternyata memang seindah yang banyak orang ceritakan, jalur kereta yang berkelok-kelok dan memotong bukit tentunya menjadi teman seperjalanan walaupun saat itu tampak sedikit kering. Akhirnya setelah kurang lebih 4 bulan kami pacaran, orang tuanya meminta berkenalan denganku. Baiklah, semoga menjadi suatu pintu gerbang yang baik. Ya, kami tetap berlanjut dan mulai memikirkan masa depan.
Mei 2015, akhirnya aku dilamar resmi oleh keluarganya. Baiklah statusku berubah menjadi tunangan. Dan segera ditentukan tanggal pernikahanku di bulan Mei 2016. Hmm.. Cukup lama tampaknya tapiii saat dijalani ini sangat mepet dengan kondisi kami yang diluar kota. Yep! Seperti pasangan pada umumnya, stressor dalam persiapan cukup tinggi, dimana kami punya keinginan masing-masing, ortu juga punya mimpi mereka sendiri, kami harus bisa meletakan pemikiran kami agar terjadi win-win solution. Kami mencari vendor by searching internet dari berbagai layanan jasa wedding, input dari teman, saudara ataupun pengalaman orang. Apapun kami usahakan sebaik mungkin.