Thursday, November 14, 2013

My First Job!

(Late Posting)

Lewati dua bulan setelah meninggalnya papa, waktunya aku juga move on! Aku mulai bekerja di Surya University. Ya, dunia pendidikan. Mungkin memang benar kata pepatah “Buah jatuh tak jauh dari pohonnya.” Kedua orangtuaku terjun di dunia pendidikan dan aku mengencam mereka tidak mau mengikuti jalan mereka untuk terjun ke dunia pendidikan. Namun, Takdir berkata lain (hahaha), panggilanku tetap tidak jauh dari dunia pendidikan. Beberapa tempat kerja menjadi pertimbanganku, namun disinilah aku menetapkan keputusanku untuk memulai bekerja. Dan saat aku masuk ke sini, sebagian besar sahabat, rekan kerja, mahasiswa papaku semua ada disini. Wow! Aku dengan mudah menyapa mereka, beramah-tamah dengan mereka. Rasanya senang bisa tetap membina tali silahturahmi yang baik dengan rekan-rekan papa. Namun, ada rasa yang kurang. Aku tidak bisa bercerita dengan papa, walaupun mungkin papa sedang melihat dari surga. Tapi aku merasa tidak puas dengan tidak bercerita kepada papa. Tiap malam yang kulakukan adalah berdoa dan meminta Tuhan menyampaikan pesanku “Pa, aku ketemu sama om ini, om itu, kenalan sama bekas mahasiswa papa. Ternyata sempit ya dunia ini, pa.”
Hingga suatu hari aku bertemu dengan salah satu mahasiswa papa. Kami berkenalan dan akhirnya dengan mudah ia mengenali aku sebagai anaknya Bpk. Kaswadji. Hahaha. Akhirnya kami mulai membina percakapan dengan baik. Dan ia mengatakan papaku sering menceritakan banyak hal mengenai aku, keluarga kami, betapa bangganya papa memiliki seorang anak yang sedang melanjutkan S2. Saat itu aku yakin papa sedang melihat kami dan dengan sisi humorisnya dia meledek aku “tuhkan, masuk dunia pendidikan juga dehhh..” hahha. Lelucon yang kami lontarkan dalam pembicaraan. Hal yang menyenangkan adalah, aku lebih bisa mengenal lebih lagi sosok papaku di dunia pendidikan. Betapa ia dihormati dan dihargai.
Salah satu rekan kerja papa pun bilang aku benar-benar mengikuti jejak papa di dunia penelitian dan senang bermain dengan biota laut. Papaku yang selalu hidup dengan dunia kelautannya dan dunia penelitian dan ternyata memang menempel di aku. Tentunya dibarengi dengan mamaku juga yang mengambil jurusan yang sama. Thanks Dad for being my Inspired!



By: MelodyPiano

Goodbye, Dad


(late posting)

Rasanya semua seperti mimpi... Ya, tepat 8 bulan lalu, papa meninggalkan kami semua.. seperti mimpi yang berakhir dengan sedih. Mimpi yang saat tidak dapat dirubah atau dikarang jalan ceritanyaa...

Aktivitas pagi itu Kamis, 21 Februari 2013 berjalan normal.. Mama yang sedang flu tidak masuk kantor.. Aku yang selalu bangun siang.. mungkin lebih siang dari biasanya.. hari sebelumnya aku memang melakukan aktivitas penuh di luar rumah dan tidak bisa tidur di malam harinya. Termasuk dibuat kesal karena sebuah mangkok jatuh dan pecah dari kulkas. Hmm.. Hari yang cukup menyebalkan untukku.. Namun malam itu cukup aneh, dimana papaku bilang “sorry” dan kemudian kembali lagi ke tempat duduknya. Aku membereskan sisa-sisa pecahan mangkok yang aku “pecahkan” dengan ngedumel..
Paginya aku bangun pk. 07.00 hanya membuka pintu dan korden rumah, supaya pembantuku dapat masuk ke rumahku. Tidak ada firasat buruk apapun, papaku masih tertidur di kamarnya. Kemudian aku kembali ke kamar dan melanjutkan tidurku. Pukul 08.00 aku terbangun dan sempat melihat papa sedang SMS di sofa ruang TV. Tanpa ada curiga apapun, aku pun tidak menyapanya.. Mamaku yg sedang dalam kondisi tidak enak badan pun tidak terbangun. Aku mendengar papaku makan seperti biasa.. Benar-benar normal. Mamaku kemudian masuk kamar mandi di lantai atas dan aku mendengar papaku sedang mandi juga di kamar mandi lantai bawah. Papa yg senang bersenandung dan nyanyi-nyanyi di kamar mandi..
Semua terdengar biasa. Aku berdiri di dekat kamar mandi bersama dengan mbak ning yang sedang menyapu di area tersebut. Tidak lama aku mendengar papa terbatuk-batuk seperti orang yang tersedak dan kemudian aku mendengar suara orang jatuh.. papaku.. Ya.. Papa jatuh di kamar mandi.. Papa sempat mengerang kesakitan... Kami panikkk.. Sangattt panik.. Aku mencoba gedor-gedor pintu kamar mandi namun semua percuma, akhirnya aku membongkar lubang handle pintu yang tidak pernah di perbaiki, hanya di tutup dengan lakban hitam. Papaku jatuh dengan posisi terlungkup.. Mamaku segera turun dan kemudian mencoba mengangkat papa, aku dan mbak memanggil tenaga bantuan ke satpam dan tetanggaku. Akhirnya 1 orang satpam yang sedang berjaga, 1 orang supir, 2 tetanggaku (ko Chris dan kakak iparnya segera membantu aku).. Papa di pindah ke ranjang di kamarnya.. Aku menenangkan mamaku, mulai menghubungi kakakku dan tetangga yang terdekat.. Semua dalam kondisi panik. Dokter terdekat pun tidak dapat kami hubungi.. Hingga sampai papa menghembuskan nafas terakhirnya.. kami tidak dapat berbuat apa-apa.. Tangisan mama, mama lemas di sofa dan tidak sanggup berbuat apa-apa.. Aku yang harus kuat, menggunakan sejuta ilmu yang aku miliki untuk coping stress dan berusaha untuk kuat, aku mulai menelpon saudara papa, saudara mama dan rekan-rekannya.. tidak ada lagi yang bisa selain aku... Mama sudah lemas, mbak sibuk membantu keperluan lain.. Kakak ku pun sampai di rumah dengan sedih mendekati jenazah papaku di kamar. Saat itu aku tidak bisa nangis.. hanya berpikir apa yg harus aku lakukan saat ini... Aku takut, panik, sedih. Tapi tidak bisa berbuat apa-apa... Aku pun mengalami delay respon saat itu, aku harus tetap kuat dan tegar untuk menghubungi setiap saudara dan kolega papa. Rasanya aku ingin berada di samping papa saat itu, aku bingung, beberapa kali aku menengok ke kamar papaku untuk melihatnya, proses yang sangat cepat.. Terlalu cepat bahkan!
Namun saat aku berdiam sejenak, saat aku berangkat ke rumah duka dengan ambulance yang mengantarkan jenazah papaku. Aku yakin Tuhan memberikan waktu yang tepat untuk papa, untuk kami semua. Aku sudah dinyatakan lulus Magister Profesiku, dan papaku masih bisa mendengar hal itu. Lamunanku hilang saat sampai di rumah duka. Pertama kalinya aku mengurus hal ini, aku bingung. Tapi aku berusaha tetap mengurus dengan baik dan lebih dewasa menyikapi ini semua. Semua berjalan hingga akhirnya seluruh rangkaian kegiatan berakhir di crematorium. Ya, jasad papaku bahkan sudah menjadi abu. Tapi aku masih tetap merasa ini adalah waktu yang Tuhan berikan kepada kami semua.
Lewati satu minggu, kami mulai membersihkan barang-barang papa walaupun tidak semuanya. Satu persatu kami rapikan barangnya yang selalu tidak ingin disentuh maupun di bersihkan orang lain. Satu hal yang aku temukan saat berberes, buku mengenai membuat blog. Buku yang sempat aku pinjamkan ke papa saat ia bertanya mengenai blog. Aku sempat menawarkan jasaku untuk membuatkannya blog, namun ia menolaknya, ia masih ingin mencari ide untuk mengisi blognya. Situasi itu membawa aku kembali dalam percakapan kami mengenai blog. Dimana saat itu aku belum mempublish seluruh isi blog ku. Namun aku berpikir, seseorang yang sudah berusia masih ingin eksis dengan mengekpresikan, membagikan hal-hal yang pernah ia pelajari di blog, mengapa aku yang masih di usia produktif tidak berani membagikan apa yang aku miliki, sedangkan menulis adalah passionku. Thanks Dad mengingatkanku untuk selalu menulis!
Masa-masa yang cukup berat kami lewati dengan kekosongan rumah kami. Tapi kami selalu mencoba untuk melaluinya dengan mengenang kenangan yang indah dengan papa sehingga hati kami yang selalu terisi dengan masa-masa indah dengan papa. Papaku orang yang cukup baik dalam hal administrasi, menurun padaku :D ia menyimpan seluruh surat-surat yang dikirimkan kepada aku dan kakakku selama ia sedang menyelesaikan studinya di Amerika. Dan begitu banyak panggilan-panggilan kecil untukku yang di lontarkan papaku kepada kakakku. Hmm… sangat lucu.. Aku yakin itu masa-masa yang menyenangkan pastinya. Papaku orang yang humoris walaupun agak pendiam jika dalam keluarga. Sosok yang galak untuk aku saat mengajarkan aku hitungan yang membuat aku menangis, tapi ini semua baru aku sadari saat ini. Alasan papa mengajarkan aku, memaksa aku untuk paham konsep matematika dasar (walaupun sekarang aku membencinya :D). Papa juga menyimpan banyak cerita saat dengan rekan kerjanya, mereka tahu perkembanganku, bahkan papaku sangat bangga saat aku telah dinyatakan lulus Magister Profesi.
Aku semakin menyakini inilah waktu Tuhan untuk manusia, Tuhan memberikan banyak kesempatan kepada kami disisa waktu-waktu itu. Papaku menyemangatiku untuk revisi tesisku, memberikan selamat atas lulusnya aku dan merencanakan untuk wisuda serta sumpah profesi. Kami pun sempat berbincang panjang dengan papa yang sebelumnya tidak pernah kami lakukan. Masih sempat mendapat oleh-oleh terakhir dari papa, masih mendapatkan komentar terakhir setelah aku foto untuk pas foto di ijazah. Dan permintaanku waktu itu adalah “setelah wisuda, kita sekeluarga harus foto barengan, harus, wajib!” inilah yang tidak pernah tercapai. Tapi aku yakin dengan mendengar aku lulus dan mendapatkan kerja membuat papaku sangat bangga. Mungkin rasa bangga yang tidak terekspresikan langsung tapi ia menceritakan kepada seluruh temannya. Hahaha… papa bisa aja.. :D Hal lain yang membuatku semakin yakin inilah waktu Tuhan adalah kondisi saat papa meninggal. Ia dalam kondisi yang sangat sehat dan ia tidak merasakan kesakitan dalam waktu yang lama. Tuhan menginginkan hal yang terbaik. Sekarang yang kami lakukan adalah mengenang seluruh kenangan manis dan indah bersama papa, dan mendoakannya, You always be in Our Heart, dad! Miss u so much my best b’day partner :D

By: MelodyPiano



Thursday, August 22, 2013

Why Melody??

Ada seseorang yang bertanya “Kenapa sih kamu memilih kata melody untuk setiap kata2 atau identitas diri kamu? Apa sih sebenernya arti melody?” Mungkin disini aku belum pernah ulas dan mungkin aku sendiri belum kepikiran untuk menjelaskannya. Awalnya memang aku pun gak kepikiran sama sekali kenapa aku memilih kata Melody..

Awalnya aku memilih kata Melody itu karena aku selalu hidup dengan music, well gak selalu sih, cuma aku emang sangat senang dengan music. Melody merupakan bagian dari music itu sendiri. Dan saat aku mulai beranjak dewasa *ketinggan kata-katanya*, aku mulai berpikir apa sih landasan aku hidup di dunia ini? Apa yang ingin aku capai di dunia ini? Dan kata Melody inilah yang memang terbesit dalam pikiranku. Melody merupakan bagian dari music dan melody itu sendiri artinya adalah serangkaian nada dalam waktu. Dalam teori music, ada kata nada dan ritme. Inilah yang melandasi kata Melody tersebut. Ritme ini sendiri adalah pengaturan bunyi dalam waktu.

Tanpa kita sadari seluruh kehidupan kita terpengaruh oleh nada dan ritme. Contoh mudah, jantung kita. Jantung kita berdetak dengan memiliki ritmenya sendiri. Dan kalau kita dengar orang mendengkur saat tidur, kadang untuk sebagian orang itu adalah hal yang paling menganggu.. tapi tanpa disadari itu merupakan ritme dan bunyi yang dihasilkan oleh tubuh kita. Hahaha.. Simple kan, secara gak sadar ya kita sudah hidup bersama dengan melody. Dengan bunyi-bunyian pun bahkan bisa merubah suatu partikel air sesuai dengan bunyi yang kita berikan. Seperti halnya penelitian yang dilakukan oleh salah seorang peneliti dari Jepang Dr. Masaru Emoto. Kebayang partikel air aja bisa berubah dengan bunyi. For further info : http://indocropcircles.wordpress.com/2012/11/05/air-dapat-mendengar/

Lainnya, aku pun memilih melody dapat disamakan dengan roda kehidupan kita yang terus berputar. Seandainya kita flashback atau merefleksikan kehidupan kita, roda kehidupan kita pun menghasilnya melody yang berbeda. Derap langkah, nafas, bahkan hal yang biasanya kita lakukan sehari-hari pun akan berubah sesuai dengan kondisi saat itu. Derap langkah dan nafas misalnya, saat kita dalam situasi yang memang excited, senang dan bersemangat mungkin nafas kita akan normal dan derap langkah kita enteng dan bersinergi serta bersemangat. Berbeda saat kita sedang sedih tidak bersemangat, derap langkah tentunya menjadi lesu dan tidak bersemangat, bahkan hembusan nafas pun menjadi terasa lebih berat. Saat disamakan dengan lagu-lagu klasik pun tampak sama, kita dapat melihat jenis lagu yang memiliki warnanya sendiri dan saat kita baca sejarah dari lagu tersebut kadang lagu itu dibuat saat situasi yang berbeda-beda.

So, itulah alasan aku untuk memilih melody sebagai pedoman dalam setiap hal yang berhubungan dengan aku. Selain itu, aku juga memilih melody karena aku tidak dapat hidup tanpa music, entah kegiatan apa yang aku lakukan namun tetap music merupakan bagian keseharianku. Walaupun ada hanya beberapa jenis music saja yang memang bisa cocok di telingaku :p Tambahan lain untuk icon Piano yang selalu aku pakai pada setiap akhir postingku.. Satu-satunya alat music yang aku senangi adalah piano. Walaupun aku tidak menguasai piano namun aku sempat kursus piano sekitar 1,5 tahun. Dan tetap skill pianoku tidak bertambah, namun piano masih tetap menjadi alat music favoritku karena kesan elegan yang selalu tercermin dari piano dan nada yang dikeluarkannya. Jadi itulah paduan aku dari MelodyPiano..



By: MelodyPiano



Thursday, August 15, 2013

Beban mental sebuah Profesi

Judulnya agak berat memang.. Terinspirasi buat bikin tulisan ini udah cukup lama, hanya saja belum terealisasikan untuk di publish dan disempurnakan.

Terinspirasi dari kelulusan aku menyandang gelar Magister Psikologi, Psikolog. Makin panjang plus berat deh tuh nama.. hihi.. Gelar yang semakin panjang gak menimbulkan kebahagiaan sih buat aku, justru menambah beban yang cukup berat dengan tanggung jawab yang lebih besar. Sejak masa sekolah, kuliah awal gak kepikiran bisa menyandang gelar sepanjang itu dan seberat itu. Kepikiran hanya menjadi orang berhasil yang bakal menghasilkan banyak uang. hahaha.. 
Selama proses menjadi psikolog pun jatuh bangun, kesandung sana-sini.. Proses berat dan panjang.. Tapi disinilah aku mulai belajar banyak hal yang menjadi bekal untuk aku menjalani profesi baruku nantinya. Setelah aku mulai magang dan praktikum aku baru sadar menjadi seorang psikolog gak sekadar menerima curhatan orang, kasih advice andddd FINISH!! Salah besar, walaupun banyak orang yang menganggap kerjaan psikolog gampang dan gak butuh tenaga ekstra.. Disinilah terkadang kita lupa sama beban dari sebuah profesi yang dijalani seseorang.. Psikolog juga manusia yang tetap punya perasaan kesel, sedih, bete, sakit.. Dan apa yang akan mereka lakukan saat perasaan itu muncul dan mereka harus menerima klien? Ya, tentu saja mereka harus memakai topeng.. Hal mudah mungkin untuk beberapa orang yang tidak mengerti seberapa besar tenaga yang mereka pergunakan untuk menjadi pendengar dan pemberi nasehat yang baik dikala mereka sedang dilanda rasa sedih yang mendalam. Belum lagi saat banyak orang (sahabat terutama) yang memaksa mereka untuk memberitahukan bagaimana cari mengerjakan psikotes, padahal psikolog dihadapkan dengan segudang kode etik yang melandasi ruang gerak mereka. Namun inilah yang orang awam kurang paham.. 

Hal lain yang mungkin aku lihat dari profesi lain yang memang aku baru dalami belakangan ini. Seorang teman lama yang menyandang gelar seorang dokter. Walaupun hanya seorang dokter umum, namun beban mental yang ditanggungnya pun berat.. Kebanyakan orang menganggap betapa enak dan nyamannya kehidupan seorang dokter yang bisa bebas jam kerjanya.. Tapi dibalik itu orang-orang gak pernah sadar sama beban yang mereka tanggung saat salah satu pasien mereka meninggal, pasien yang mereka tangani benar-benar tidak tertolong, saat mereka menghadapi pasien gawat darurat. Kebanyakan orang hanya menuntut supaya sang dewa penolong memberikan usaha terbaik. namun saat usaha terbaik hingga keringat terakhir dokter apa orang akan menghargai sebagai pekerjaan yang mulia? terkadang tidak saat hasilnya tidak sesuai dengan yang mereka inginkan. Mereka cenderung menyalahi dokter dan tidak sedikit yang menuntutnya menjadi sebuah malpraktek. Hal yang memang berat untuk dihadapi seorang dokter.
Teman lama ini membuatku terinspirasi dengan beberapa kisahnya saat menghadapi pasien yang meninggal, pasien darurat yang membutuhkan pertolongan. Munculah pertanyaan dia "Dokter adalah penyelamat jiwa namun siapa yang akan menjadi Life Saver untuk seorang Dokter?" hal ini menginspirasikan aku membuat 

'Medical Psychology Philosophy'.. 
If a doctor need a life safer there will a psychologist beside him for safe his life and if a psychologist need a self healer there will be a medical doctor will heal her.
Catharina Nidyaputri, 2013

Hasil perenungan setelah perbincangan antara saling keterkaitan tentang kelemahan kami sebagai manusia yang masih memiliki perasaan dan membutuhkan orang lain untuk saling berbagi. Mungkin tidak hanya berlaku kepada profesi psikolog dan dokter, profesi lain tetap bisa saja saling melengkapi.. filosofi ini aku buat untuk menyalurkan dalam bentuk kata-kata kalau manusia dapat menjadi seorang ahli terapis masing-masing.. So, come on.. jangan selalu menganggap setiap profesi itu hidupnyaa enak dan santai.. We are just still a human... 

By: Melody Piano