(late posting)
Rasanya semua seperti mimpi... Ya,
tepat 8
bulan lalu, papa
meninggalkan kami semua.. seperti mimpi yang berakhir dengan sedih. Mimpi yang
saat tidak dapat dirubah atau dikarang jalan ceritanyaa...
Aktivitas
pagi itu Kamis, 21 Februari 2013 berjalan normal.. Mama yang sedang flu tidak
masuk kantor.. Aku yang selalu bangun siang.. mungkin lebih siang dari
biasanya.. hari sebelumnya aku memang melakukan aktivitas penuh di luar rumah
dan tidak bisa tidur di malam harinya. Termasuk dibuat kesal karena sebuah
mangkok jatuh dan pecah dari kulkas. Hmm.. Hari yang cukup menyebalkan
untukku.. Namun malam itu cukup aneh, dimana papaku bilang “sorry” dan kemudian
kembali lagi ke tempat duduknya. Aku membereskan sisa-sisa pecahan mangkok yang
aku “pecahkan” dengan ngedumel..
Paginya
aku bangun pk. 07.00 hanya membuka pintu dan korden rumah, supaya pembantuku
dapat masuk ke rumahku. Tidak ada firasat buruk apapun, papaku masih tertidur
di kamarnya. Kemudian aku kembali ke kamar dan melanjutkan tidurku. Pukul 08.00
aku terbangun dan sempat melihat papa sedang SMS di sofa ruang TV. Tanpa ada
curiga apapun, aku pun tidak menyapanya.. Mamaku yg sedang dalam kondisi tidak
enak badan pun tidak terbangun. Aku mendengar papaku makan seperti biasa..
Benar-benar normal. Mamaku kemudian masuk kamar mandi di lantai atas dan aku
mendengar papaku sedang mandi juga di kamar mandi lantai bawah. Papa yg senang
bersenandung dan nyanyi-nyanyi di kamar mandi..
Semua
terdengar biasa. Aku berdiri di dekat kamar mandi bersama dengan mbak ning yang
sedang menyapu di area tersebut. Tidak lama aku mendengar papa terbatuk-batuk
seperti orang yang tersedak
dan kemudian aku mendengar suara orang jatuh.. papaku.. Ya.. Papa jatuh di
kamar mandi.. Papa sempat mengerang kesakitan... Kami panikkk.. Sangattt
panik.. Aku mencoba gedor-gedor pintu kamar mandi namun semua percuma, akhirnya
aku membongkar lubang handle pintu yang tidak pernah di perbaiki, hanya di
tutup dengan lakban hitam. Papaku jatuh dengan posisi terlungkup.. Mamaku
segera turun dan kemudian mencoba mengangkat papa, aku dan mbak memanggil
tenaga bantuan ke satpam dan tetanggaku. Akhirnya 1 orang satpam yang sedang
berjaga, 1 orang supir, 2 tetanggaku (ko Chris dan kakak iparnya segera membantu
aku).. Papa di pindah ke ranjang di kamarnya.. Aku menenangkan mamaku, mulai
menghubungi kakakku dan tetangga yang terdekat.. Semua dalam kondisi panik.
Dokter terdekat pun tidak dapat kami hubungi.. Hingga sampai papa menghembuskan
nafas terakhirnya.. kami tidak dapat berbuat apa-apa.. Tangisan mama, mama
lemas di sofa dan tidak sanggup berbuat apa-apa.. Aku yang harus kuat,
menggunakan sejuta ilmu yang aku miliki untuk coping stress dan berusaha untuk
kuat, aku mulai menelpon saudara papa, saudara mama dan rekan-rekannya.. tidak
ada lagi yang bisa selain aku... Mama sudah lemas, mbak sibuk membantu
keperluan lain.. Kakak ku pun sampai di rumah dengan sedih mendekati jenazah
papaku di kamar. Saat itu aku tidak bisa nangis.. hanya berpikir apa yg harus
aku lakukan saat ini... Aku takut, panik, sedih. Tapi tidak bisa berbuat
apa-apa... Aku pun mengalami delay respon saat itu, aku harus tetap kuat dan tegar
untuk menghubungi setiap saudara dan kolega papa. Rasanya aku ingin berada di
samping papa saat itu, aku bingung, beberapa kali aku menengok ke kamar papaku
untuk melihatnya, proses yang sangat cepat.. Terlalu cepat bahkan!
Namun saat aku berdiam sejenak, saat aku berangkat ke rumah duka dengan
ambulance yang mengantarkan jenazah papaku. Aku yakin Tuhan memberikan waktu
yang tepat untuk papa, untuk kami semua. Aku sudah dinyatakan lulus Magister
Profesiku, dan papaku masih bisa mendengar hal itu. Lamunanku hilang saat
sampai di rumah duka. Pertama kalinya aku mengurus hal ini, aku bingung. Tapi
aku berusaha tetap mengurus dengan baik dan lebih dewasa menyikapi ini semua.
Semua berjalan hingga akhirnya seluruh rangkaian kegiatan berakhir di crematorium.
Ya, jasad papaku bahkan sudah menjadi abu. Tapi aku masih tetap merasa ini
adalah waktu yang Tuhan berikan kepada kami semua.
Lewati satu minggu, kami mulai membersihkan barang-barang papa walaupun
tidak semuanya. Satu persatu kami rapikan barangnya yang selalu tidak ingin
disentuh maupun di bersihkan orang lain. Satu hal yang aku temukan saat
berberes, buku mengenai membuat blog. Buku yang sempat aku pinjamkan ke papa
saat ia bertanya mengenai blog. Aku sempat menawarkan jasaku untuk
membuatkannya blog, namun ia menolaknya, ia masih ingin mencari ide untuk
mengisi blognya. Situasi itu membawa aku kembali dalam percakapan kami mengenai
blog. Dimana saat itu aku belum mempublish seluruh isi blog ku. Namun aku
berpikir, seseorang yang sudah berusia masih ingin eksis dengan mengekpresikan,
membagikan hal-hal yang pernah ia pelajari di blog, mengapa aku yang masih di usia
produktif tidak berani membagikan apa yang aku miliki, sedangkan menulis adalah
passionku. Thanks Dad mengingatkanku untuk selalu menulis!
Masa-masa yang cukup berat kami lewati dengan kekosongan rumah kami.
Tapi kami selalu mencoba untuk melaluinya dengan mengenang kenangan yang indah
dengan papa sehingga hati kami yang selalu terisi dengan masa-masa indah dengan
papa. Papaku orang yang cukup baik dalam hal administrasi, menurun padaku :D ia
menyimpan seluruh surat-surat yang dikirimkan kepada aku dan kakakku selama ia
sedang menyelesaikan studinya di Amerika. Dan begitu banyak panggilan-panggilan
kecil untukku yang di lontarkan papaku kepada kakakku. Hmm… sangat lucu.. Aku
yakin itu masa-masa yang menyenangkan pastinya. Papaku orang yang humoris walaupun
agak pendiam jika dalam keluarga. Sosok yang galak untuk aku saat mengajarkan
aku hitungan yang membuat aku menangis, tapi ini semua baru aku sadari saat
ini. Alasan papa mengajarkan aku, memaksa aku untuk paham konsep matematika
dasar (walaupun sekarang aku membencinya :D). Papa juga menyimpan banyak cerita
saat dengan rekan kerjanya, mereka tahu perkembanganku, bahkan papaku sangat
bangga saat aku telah dinyatakan lulus Magister Profesi.
Aku semakin menyakini inilah waktu Tuhan untuk manusia, Tuhan memberikan
banyak kesempatan kepada kami disisa waktu-waktu itu. Papaku menyemangatiku
untuk revisi tesisku, memberikan selamat atas lulusnya aku dan merencanakan
untuk wisuda serta sumpah profesi. Kami pun sempat berbincang panjang dengan
papa yang sebelumnya tidak pernah kami lakukan. Masih sempat mendapat oleh-oleh
terakhir dari papa, masih mendapatkan komentar terakhir setelah aku foto untuk
pas foto di ijazah. Dan permintaanku waktu itu adalah “setelah wisuda, kita
sekeluarga harus foto barengan, harus, wajib!” inilah yang tidak pernah
tercapai. Tapi aku yakin dengan mendengar aku lulus dan mendapatkan kerja
membuat papaku sangat bangga. Mungkin rasa bangga yang tidak terekspresikan
langsung tapi ia menceritakan kepada seluruh temannya. Hahaha… papa bisa aja..
:D Hal lain yang membuatku semakin yakin inilah waktu Tuhan adalah kondisi saat
papa meninggal. Ia dalam kondisi yang sangat sehat dan ia tidak merasakan
kesakitan dalam waktu yang lama. Tuhan menginginkan hal yang terbaik. Sekarang
yang kami lakukan adalah mengenang seluruh kenangan manis dan indah bersama
papa, dan mendoakannya, You always be in Our Heart, dad! Miss u so much my best
b’day partner :D
By: MelodyPiano