Akhirnya hati tergugah untuk mengupload dan sharing
mengenai perkembangan iman dari nol hingga meningkat layaknya seseorang sedang
menaiki anak tangga. Awalnya aneh saat ingin mencoba menuliskan pengalaman
rohani yang mungkin tidak banyak orang tertarik membaca, walaupun tentunya ada
satu atau dua orang yang diselamatkan dengan membaca cerita ini. Kisah yang aku
alami mungkin bukan kisah dashyat seperti orang2 lain, kisah yang mungkin biasa
tapi mengubah 100% kehidupanku. Dan membuat aku yakin juga Yesus ini selalu ada
beserta kita. Setelah pembelajaran dari lokakarya yang diadakan pada KONVENDA
IX di Cimacan, Puncak dengan pemateri Brother Jungky Junanto. Thanks for ko Jungky yang uda memberikan materi "Kamu dan Saya dalam Kasih-Nya" Quote yang aku
ambil adalah “Masing-masing anggota bertumbuh
kesegala arah, tidak hanya dalam rohani tapi juga dalam aspek kehidupan
sehari-hari (karier, pekerjaan, jodoh, keluarga, dsb)”. Pada
sharing kali ini aku mau berbagi tentang kebaikan Tuhan dalam memberikan berkat
pada perkejaanku.
Setiap orang sering mengalami masa2 dimana kita
merasa Tuhan itu gak pernah ada disaat susah, sehingga mempertanyakan “Tuhan
itu kemana sihh? Tuhan tuh ada gak sih? Tuhan itu katanya gak pernah memberi
cobaan lebih dari kemampuan kita, Mana buktinya?” hal ini pasti pernah terjadi
pada setiap orang secara gak sadar. Sama! Aku pernah mengalami hal ini, membuat
aku akhirnya menjadikan gereja hari minggu adalah kewajiban yang harus
dijalankan, bukan kebutuhan untuk mengisi rohani. Lama-lama semua terasa
kosong. Terlebih saat masa-masa aku kuliah di S1, rasanya ke gereja itu karena
takut dimarahin mama, takut ntar dapat bencana dari Tuhan. Akhirnya ke gereja
menjadi suatu paksaan. Berdoa pun hanya sekadar mengucap terimakasih dan
meminta sesuatu. Tentunya permintaanlah yang paling banyak. :D Saat-saat itu
pun mulai ditawarkan untuk mengikuti kegiatan rohani namun melihat para aktivis
yang merokok, minum-minum, akhirnya males untuk bergabung dan semakin
mempertanyakan Tuhan. Kenapa Tuhan mengijinkan orang-orang yang berlabel “aktivis
rohani” tapi malah merusak badannya sendiri. Kekosongan dalam rohani aku
rasakan hingga studiku berlanjut ke S2. Hal sama pun terulang, merasa kewajiban
menjalani agama yang orang tua turunkan melalui sakramen baptis dari aku masih
kecil. Mamaku sempat mengajak aku mengikuti acara karismatik dan aku tidak bisa
enjoy mengikutinya, malas, dan merasa sangat berisik.
Hingga suatu hari salah satu dosen memberikan
nasehat yang masih teringat selalu “jika kamu mau mempelajari psikologi dari
sisi psikoanalisis, kamu harus punya pegangan iman dan agama yang kuat.
Tentunya kamu juga harus membedakan antara ilmu psikologi dan agama.” Saat itu
sempat tersirat, “sepertinya akan merasa bahwa agama itu nantinya tidak akan
penting, karena sudah ada ilmu yang dapat menjawab setiap pertanyaan.” Tapi ternyata
dosen lain mengatakan kembali, ilmu filsafat, psikologi masih terdapat ‘missing
link’ dimana Cuma Tuhan yang tahu dan tidak akan terjawab oleh manusia.” Aku
mulai mempertanyakan kenapa ada karma, kenapa setiap kita berbuat sesuatu selalu
mendapat hal sama seperti apa yang kita lakukan? Siapa yang merekam semua ini?
Hingga titik balik ku di mulai pada April 2011. Aku
mengikuti retret Kerahiman Ilahi di Cikanyere. Disitulah hatiku benar-benar
tersentuh, ada getaran yang kuat untuk aku mau menerima segala kuasa dalam
acara tersebut. Ada rasa ingin terbebas dari jeratan yang aku pun gak sadari.
Bertemu dengan beberapa orang seperti Ci Novie dan Cinde, salah satu teman
sepelayananku saat ini. Dari situ aku mulai merasakan kebahagiaan, ketenangan
dan kedamaian diri. Hingga aku merasakan bahwa ekaristi adalah sesuatu yang sangat
penting menjadi bagian dari hidupku.
Pulang dari situ, aku mulai merasa ada getaran
dashyat saat menerima brosur Sekolah Evangelisasi Pribadi.. aku bertanya kepada
mamaku ini kegiatan apa, karena mamaku pernah mengikutinya. Saat itu mamaku
hanya bilang “kalau kamu mau ikut, ikut aja.” Melihat persyaratan, ada
persyaratan untuk mengikuti Seminar hidup baru dalam Roh (SHDR). Hmm..
keinginan semakin kuat seperti aku menginginkan barang yang sudah aku idamkan
sejak lama. Namun pergumulan terjadi.. Seminggu sebelum aku harus mendaftar
SHDR, ada rasa malas, rasa malu, rasa takut dan bimbang. Dalam seminggu
tersebut, aku selalu tidur dengan mimpi mendapat kuasa keselamatan dari Yesus.
Dia yang terasa dekat dalam hatiku. Rasanya tenang, hangat dan penuh dengan
sukacita. Tapi otak logisku berpikir, “itu hanya karena aku terlalu bimbang
mengambil keputusan”. Orangtuaku tidak ikut campur sama sekali untuk hal ini,
mereka membiarkan aku. Hingga H-2 sebelum SHDR aku sempat ditelpon oleh panitia
tapi aku masih menjawab “kalau datang langsung aja boleh? Saya takut ada acara.”
Padahal acara apa yang aku lakukan, tidak ada! Paling hanya menonton TV atau
bermain internet. Sampai H-1, aku memantapkan diriku untuk ikut. Aku bilang
sama mamaku dan ia setuju-setuju saja. Pertama kalinya aku mengikuti kegiatan
rohani sendiri, tanpa mama.
Aku mengikuti kegiatan SHDR selama 2
hari, semakin tinggi rasa penasaranku. Hingga pencurahan roh aku lewati dan
rasanya segala bebanku terangkat dan hilang begitu saja. Puji tuhan aku
mendapat karunia roh kudus. Pada saat itu beban terberat aku adalah tesis profesi
yang tidak kunjung selesai. Dan akhirnya aku mengikuti SEP, pesertanya
kebanyakan Om dan Tante yang seusia mamaku. Pikiranku saat itu mungkin ini
menjadi kelas yang membosankan, tapi ternyata aku berkenalan dengan beberapa
anak muda yang usianya tidak jauh dari aku. Teman pertamaku Shinta, usianya
persis sama dengan aku dan kami sama-sama menganggur saat itu. Dan Ray, ia
selisih beberapa tahun lebih muda dari aku. Pada akhir kelas di hari pertama
aku, aku pernah di dekati dengan seorang anak muda.. hmm.. Cinde. Ia menawariku
untuk ikut pelayan untuk muda-mudi dengannya. Kegiatan mereka disetiap minggu
siang. Aku sempat melewati beberapa pertemuan karena masih ada rasa malas ini. Kemudian
Shinta mengajak aku untuk datang lagi ke acara tersebut dan aku rasa, aku harus
mencoba datang untuk pertemuan mereka. Sambutan yang sangat baik. Pertama
kalinya aku merasa disambut baik dan menikmati kegiatan ini. Hingga sampai pada
pelantikan pelayan persekutuan doa. Aku merasa hidupku semakin seimbang dan
setiap beban yang aku lewati hanya sebuah cobaan untuk mengisi buku kehidupanku
dan aku lebih dapat merasa sabar dan pasrah dengan Yesus. Puji Tuhan! Saat itu,
tesisku pun berjalan, aku dapat menyelesaikannya dengan baik. Setiap menghadapi
permasalahan aku lebih bisa sabar, rasa empatiku meningkat dan saat aku
menyikapi permasalahan dari aspek psikologis semua terasa lebih nyaman, hidupku
penuh dengan sukacita.
Kehidupan imanku semakin berkembang.
Sampai pada saat kelulusanku menghadapi sidang tesis. Dan tragedi besar yang
menimpa keluargaku. Aku dengan mudah recover dari kejadian menyakitkan itu.
Papaku harus meninggalkan kami semua. Rasanya saat itu adalah saat terberat.
Namun karena rasa pasrahku, rasa yakin bahwa Yesus punya rencananya, aku yang
tampak tegar hanya bisa menyerahkan ini semua pada Yesus. Life must go on. Dan
aku selalu yakinkan kepada Yesus pada Ia punya sesuatu yang indah nantinya.
Satu hal yang aku sempat renungkan, papaku meninggal saat sudah mengetahui aku
dinyatakan lulus dari ujian profesiku, menurutku hal tersebut sudah cukup
membuatnya bahagia. Saat itu pun papaku harusnya berangkat ke kantor namun Puji
Tuhan, ia meninggal ketika masih dirumah, sehingga kami masih dapat melihatnya
saat ia benar-benar pergi. Semua orang yang berkunjung mengatakan “papa kamu
meninggalnya enak, gak sakit parah dan tidak menyusahkan orang lain.” Awalnya
mendengar itu ada rasa teriris sakit, kenapa gak sekalian aja papa gak usah
meninggal. Namun saat aku merenungkan sendiri “Tuhan selalu memberikan waktu
dan tempat yang tepat.” Komunitas yang aku ikuti memberikan setiap penghiburan,
mengisi hati keluarga kami yang kosong dengan rasa cinta. Aku tetap selalu
pasrah dengan setiap kehidupan yang dijalani dan lagi-lagi Tuhan memiliki waktu
yang tepat!
Selama prosesi kepergian papa, hingga penguburan
abu jenazah papa 2 minggu setelah ia meninggal aku tidak mendapatkan panggilan
kerjaan apapun. Tepat pada hari aku mau menguburkan abu papa, 1 perusahaan yang
bergerak di dunia pendidikan memanggil aku dan meminta aku mengisi form
lamaran, aku meminta untuk dapat di pending 3 hari kedepan. Saat itu harapan
terbesar aku adalah aku berkerja di
Garuda Indonesia. Setalah pemakaman, aku dan saudaraku berangkat ke Jogja untuk
mampir ke Ganjuran, aku mengucap syukur atas panggilan pekerjaan ini dan pihak
perusahaan pun mau menunggu hingga form aku isi. Aku berdoa di Candi mahakudus
Ganjuran. Saat aku turun dan akan melanjutkan doa, aku memengang tasku dan
rasanya ada yang bergetar, aku segera mengecek handphoneku, tepat! Ada nomor
dengan kode area jakarta menelpon aku. Dan itu adalah GARUDA INDONESIA. Rasa bahagia
langsung berkecamuk dalam hatiku. Aku dipanggil untuk mengikuti seleksi tahap
ke 2, tahap 1 merupakan seleksi CV. Setelah telpon dari GIA aku tutup, seling 2 menit ada nomor lain yang menelpon
aku dengan kode area jakarta. Dan panggilan kerja lain di salah satu biro
konsultasi di Jakarta. Tuhan memberikan berkatnya pada waktu yang tepat!
Hingga akhirnya aku bergumul dan membiarkan tuhan
menuntunku mengambil keputusan yang terbaik untuk pekerjaanku. Aku akhirnya
masuk ke Surya University dan banyak hal yang aku pelajari disana. Hingga aku
dikirim pada 4 tempat dalam waktu kurang dari 1 tahun; Serui, Makassar, Aceh
dan Ambon. Puji Tuhan! Cerita perjalananku pun pada daerah-daerah tersebut ada
di cerita lain pada blog ini, dimana tangan Tuhan lagi-lagi bekerja untuk
hidupku. Hingga sampai saat ini berkat tuhan selalu ditambahkan untukku setiap
harinya dan aku boleh dipercayakan melayani pada Persekutuan Doa YPC St.
Gregory.
Sekian
sharing singkat ini, semoga menjadi berkat bagi teman-teman yang membacanya. Silakan
tunggu cerita-cerita selanjutnya pada blog ini J God bless..
By:
Melodycathz