Thursday, August 22, 2013

Why Melody??

Ada seseorang yang bertanya “Kenapa sih kamu memilih kata melody untuk setiap kata2 atau identitas diri kamu? Apa sih sebenernya arti melody?” Mungkin disini aku belum pernah ulas dan mungkin aku sendiri belum kepikiran untuk menjelaskannya. Awalnya memang aku pun gak kepikiran sama sekali kenapa aku memilih kata Melody..

Awalnya aku memilih kata Melody itu karena aku selalu hidup dengan music, well gak selalu sih, cuma aku emang sangat senang dengan music. Melody merupakan bagian dari music itu sendiri. Dan saat aku mulai beranjak dewasa *ketinggan kata-katanya*, aku mulai berpikir apa sih landasan aku hidup di dunia ini? Apa yang ingin aku capai di dunia ini? Dan kata Melody inilah yang memang terbesit dalam pikiranku. Melody merupakan bagian dari music dan melody itu sendiri artinya adalah serangkaian nada dalam waktu. Dalam teori music, ada kata nada dan ritme. Inilah yang melandasi kata Melody tersebut. Ritme ini sendiri adalah pengaturan bunyi dalam waktu.

Tanpa kita sadari seluruh kehidupan kita terpengaruh oleh nada dan ritme. Contoh mudah, jantung kita. Jantung kita berdetak dengan memiliki ritmenya sendiri. Dan kalau kita dengar orang mendengkur saat tidur, kadang untuk sebagian orang itu adalah hal yang paling menganggu.. tapi tanpa disadari itu merupakan ritme dan bunyi yang dihasilkan oleh tubuh kita. Hahaha.. Simple kan, secara gak sadar ya kita sudah hidup bersama dengan melody. Dengan bunyi-bunyian pun bahkan bisa merubah suatu partikel air sesuai dengan bunyi yang kita berikan. Seperti halnya penelitian yang dilakukan oleh salah seorang peneliti dari Jepang Dr. Masaru Emoto. Kebayang partikel air aja bisa berubah dengan bunyi. For further info : http://indocropcircles.wordpress.com/2012/11/05/air-dapat-mendengar/

Lainnya, aku pun memilih melody dapat disamakan dengan roda kehidupan kita yang terus berputar. Seandainya kita flashback atau merefleksikan kehidupan kita, roda kehidupan kita pun menghasilnya melody yang berbeda. Derap langkah, nafas, bahkan hal yang biasanya kita lakukan sehari-hari pun akan berubah sesuai dengan kondisi saat itu. Derap langkah dan nafas misalnya, saat kita dalam situasi yang memang excited, senang dan bersemangat mungkin nafas kita akan normal dan derap langkah kita enteng dan bersinergi serta bersemangat. Berbeda saat kita sedang sedih tidak bersemangat, derap langkah tentunya menjadi lesu dan tidak bersemangat, bahkan hembusan nafas pun menjadi terasa lebih berat. Saat disamakan dengan lagu-lagu klasik pun tampak sama, kita dapat melihat jenis lagu yang memiliki warnanya sendiri dan saat kita baca sejarah dari lagu tersebut kadang lagu itu dibuat saat situasi yang berbeda-beda.

So, itulah alasan aku untuk memilih melody sebagai pedoman dalam setiap hal yang berhubungan dengan aku. Selain itu, aku juga memilih melody karena aku tidak dapat hidup tanpa music, entah kegiatan apa yang aku lakukan namun tetap music merupakan bagian keseharianku. Walaupun ada hanya beberapa jenis music saja yang memang bisa cocok di telingaku :p Tambahan lain untuk icon Piano yang selalu aku pakai pada setiap akhir postingku.. Satu-satunya alat music yang aku senangi adalah piano. Walaupun aku tidak menguasai piano namun aku sempat kursus piano sekitar 1,5 tahun. Dan tetap skill pianoku tidak bertambah, namun piano masih tetap menjadi alat music favoritku karena kesan elegan yang selalu tercermin dari piano dan nada yang dikeluarkannya. Jadi itulah paduan aku dari MelodyPiano..



By: MelodyPiano



Thursday, August 15, 2013

Beban mental sebuah Profesi

Judulnya agak berat memang.. Terinspirasi buat bikin tulisan ini udah cukup lama, hanya saja belum terealisasikan untuk di publish dan disempurnakan.

Terinspirasi dari kelulusan aku menyandang gelar Magister Psikologi, Psikolog. Makin panjang plus berat deh tuh nama.. hihi.. Gelar yang semakin panjang gak menimbulkan kebahagiaan sih buat aku, justru menambah beban yang cukup berat dengan tanggung jawab yang lebih besar. Sejak masa sekolah, kuliah awal gak kepikiran bisa menyandang gelar sepanjang itu dan seberat itu. Kepikiran hanya menjadi orang berhasil yang bakal menghasilkan banyak uang. hahaha.. 
Selama proses menjadi psikolog pun jatuh bangun, kesandung sana-sini.. Proses berat dan panjang.. Tapi disinilah aku mulai belajar banyak hal yang menjadi bekal untuk aku menjalani profesi baruku nantinya. Setelah aku mulai magang dan praktikum aku baru sadar menjadi seorang psikolog gak sekadar menerima curhatan orang, kasih advice andddd FINISH!! Salah besar, walaupun banyak orang yang menganggap kerjaan psikolog gampang dan gak butuh tenaga ekstra.. Disinilah terkadang kita lupa sama beban dari sebuah profesi yang dijalani seseorang.. Psikolog juga manusia yang tetap punya perasaan kesel, sedih, bete, sakit.. Dan apa yang akan mereka lakukan saat perasaan itu muncul dan mereka harus menerima klien? Ya, tentu saja mereka harus memakai topeng.. Hal mudah mungkin untuk beberapa orang yang tidak mengerti seberapa besar tenaga yang mereka pergunakan untuk menjadi pendengar dan pemberi nasehat yang baik dikala mereka sedang dilanda rasa sedih yang mendalam. Belum lagi saat banyak orang (sahabat terutama) yang memaksa mereka untuk memberitahukan bagaimana cari mengerjakan psikotes, padahal psikolog dihadapkan dengan segudang kode etik yang melandasi ruang gerak mereka. Namun inilah yang orang awam kurang paham.. 

Hal lain yang mungkin aku lihat dari profesi lain yang memang aku baru dalami belakangan ini. Seorang teman lama yang menyandang gelar seorang dokter. Walaupun hanya seorang dokter umum, namun beban mental yang ditanggungnya pun berat.. Kebanyakan orang menganggap betapa enak dan nyamannya kehidupan seorang dokter yang bisa bebas jam kerjanya.. Tapi dibalik itu orang-orang gak pernah sadar sama beban yang mereka tanggung saat salah satu pasien mereka meninggal, pasien yang mereka tangani benar-benar tidak tertolong, saat mereka menghadapi pasien gawat darurat. Kebanyakan orang hanya menuntut supaya sang dewa penolong memberikan usaha terbaik. namun saat usaha terbaik hingga keringat terakhir dokter apa orang akan menghargai sebagai pekerjaan yang mulia? terkadang tidak saat hasilnya tidak sesuai dengan yang mereka inginkan. Mereka cenderung menyalahi dokter dan tidak sedikit yang menuntutnya menjadi sebuah malpraktek. Hal yang memang berat untuk dihadapi seorang dokter.
Teman lama ini membuatku terinspirasi dengan beberapa kisahnya saat menghadapi pasien yang meninggal, pasien darurat yang membutuhkan pertolongan. Munculah pertanyaan dia "Dokter adalah penyelamat jiwa namun siapa yang akan menjadi Life Saver untuk seorang Dokter?" hal ini menginspirasikan aku membuat 

'Medical Psychology Philosophy'.. 
If a doctor need a life safer there will a psychologist beside him for safe his life and if a psychologist need a self healer there will be a medical doctor will heal her.
Catharina Nidyaputri, 2013

Hasil perenungan setelah perbincangan antara saling keterkaitan tentang kelemahan kami sebagai manusia yang masih memiliki perasaan dan membutuhkan orang lain untuk saling berbagi. Mungkin tidak hanya berlaku kepada profesi psikolog dan dokter, profesi lain tetap bisa saja saling melengkapi.. filosofi ini aku buat untuk menyalurkan dalam bentuk kata-kata kalau manusia dapat menjadi seorang ahli terapis masing-masing.. So, come on.. jangan selalu menganggap setiap profesi itu hidupnyaa enak dan santai.. We are just still a human... 

By: Melody Piano